Minggu, 14 Oktober 2012



KOTAMOBAGU- Di tengah-tengah perkembanga dunia modern yang makin dominan.seiring,nilai kebudayaan terus mengalami pergeseran.aspek cultural secara signifikan memberikan dampak yang  mulai melanda kehilangan karakteristik tradisional,akibat indikasi adopsi  budaya-budaya dari luar secara luas berangsur-angsur masuk di Indonesia,mulai dari merambak nya,demam K-pop,fashion style,bahasa gaoel dll.menjadi trend di kalangan para kaulah muda

Menurut “Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Sugiyono, “dalam tulisan itu memperkirakan di penghujung abad 21 jumlah bahasa daerah akan menyusut, yang semula 746 bahasa daerah, menjadi hanya 75 bahasa daerah saja. Wah! Kalau ini benar, maka kondisinya sudah SOS” Menurut prediksi Sugiyono

 fenomena ini pun.bukan tidak mungkin,menjadi suatu ancaman bagi generasi berikut nya,realita nya.dari hasil temuan saya di beberapa daerah yang tersebar di wilayah Kota-kotamobagu hanya tinggalah beberapa kelurahan/desa yang mengunakan interaksi lewat bahasa mongondow. dan lebih tragis nya lagi dari 10 orang  (anak mudah red)  asli orang mongondow yang dipilih. 4 sama sekali tak menegrti tentang bahasa mongondow,bahkan  2 nya lagi sangat sulit berinteraksi lewat bahasa mongondow, padahal dari segi silsilah mereka memiliki trend record keluarga yang monoton dari mongondow

ini suatu fenomena realialistis di Bolaang mongondow, tanah totabuan Tercinta ”betapa totabuan telah mengalami suatu kondisi multi krisis cultur dari segi aspek bahasa (language). bukan tidak mungkin, beberapa tahun ke depan anak dari generasi berikut nya akan mengalami kondisi tidak akan memahami dan mengenal budaya-budaya bolaang mongondow dan penyebab ini bisa mengakibatkan kepunahahan budaya seiring perkembangan dunia modern
demikian perkara ini harus mendapatkan peran penting dari pemerintah harus berupaya merevitalisasi     lewat instansi yang terkait. dengan melakukan suatu program yang mengacu dalam doktrin budaya dan langsung bersentuhan dengani masyarakat, khusus di kalangan para anak-anak muda, karena pemudah adalah kalangan  generasi kaum pemegang tongkat estafet ke-depan kelak. mengingat agar prospek generasi kaum mudah di bol-mong masih selaras dengan ke identitasan nya
 tentu  ini menjadi probelama bagi pemintah dan para petuah serta para budayawan yang ada di tanah totabuan naton komintan,
melalui 2 intansi,yaitu dinas budaya dan pariwisata dinas pendidikan dan i  harus melakukan koordinasi demi menciptakan proyek cultural serta melakukan kebijakan implementasi metode studi budaya untuk sekolah-sekolah tingakat sekolah dasar,menegah dan atas,demikian akan membawa dampak yang efektif dan postif

selain penting nya peran serta pemerintah,orang tua pun sebenarnya salah satu pengambilan andil dari peran yang paling substansi. Lalu bagaimana agar bahasa daerah tetap lestari dan digunakan di negeri ini? Peran seorang ibu sangat jelas dalam mengajarkan ketrampilan berbahasa. Tak usah mencari contoh jauh-jauh, saya sendiri bisa dan mengerti bahasa mongondow karena ibu saya kerap mengajak bercakap dalam bahasa mongondow sejak kecil. Dan itu hanya dilakukan dalam lingkup rumah saja. Jika bertemu dengan orang dari suku lain, kita selalu menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi.

 “apakah kita ingin kedepan nya menjadi penonton di rumah kita sendiri??  dengan Budaya  yang terkenal akan bobahasa'an nya atau keramahan akan sirna begitu saja di telan oleh zaman, Kenapa kita tak mulai dari dari sekarang? Jika bahasa daerah kita yang beragam punah, yang rugi tentu kita sendiri. Bangsa yang besar dari keberagaman suku, budaya dan bahasa ini akan hilang keunikannya jika bahasa daerah menghilang dari bumi Indonesia. Setuju bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, tapi jangan pernah lupakan akar budaya kita sebagai identitas orang mongondow. Banggalah dengan bahasa daerah kita dengan begitu daerah kita akan terkenal karena dengan itu ke-Indonesiaan kita makin tampak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar